Masjid Jami Al Ittihad Citraindah City. Masjid pertama di perumahan CitraIndah City. Berlokasi di bukit Menteng.
HP: 08567789372 Email: masjid.jami.alittihad.citraindah@gmail.com

  • Berbuat baik

    Janganlah kamu meremehkan perbuatan baik, meskipun kecil. Walau hanya sekedar bermuka yang manis saat berjumpa dengan saudaramu. (H.R.Muslim)

    Read More
  • Jalan Santai Muslim

    Menyambut Lebaran Anak Yatim atau Tahun Baru Hijriah, umat Islam CitraIndah mengadakan serangkaian acara.

    Read More
  • Kabah

    Mari Canangkan Niat untuk pergi mengunjungi Kabah di Mekah.

    Read More

Thursday, September 21, 2017

Idul Qurban 1

Idul Qurban di masjidjami-alittihad-citraindah.com

Indikator Sukses Puasa

Mimbar Jumat 16 Agustus 2013 di Masjid Jami Al Ittihad Bukit Menteng Citra Indah, dengan Khotib DR Wawan Aunillah MA. SAg, mengusung tema SUKSES PUASA.
Sukses puasa menurut Sayyidina Ali Ra ada 3. Yakni:
1. Konsiste takut kepada Allah, artinya semua amal ibadah yang kita lakukan harus berlandaskan "takut" kepada Allah SWT 2. Qona'ah terhadap pemberian Allah. Artinya selalu bersyukur atas apa & berapapun yang telah diberikan Allah SWT 3. Al Isda'tul fi yaumil akhir. Artinya mempersiapkan diri dalam menjemput hari kematian. Semoga kita semua termasuk orang yang sukses dalam menjalankan ibadah puasa ramadhan seperti yang digambarkan oleh sayyidina Ali karomallhu wajha. Amiin yaa robbal alamiin.

Amal yang dibayar TUNAI

Ungkapan Siapa Yang Menanam, Dia Yang akan Menuai, sudah sering terdengar umat Islam CitraIndah.
Artikel karya Muhammad Abduh Tuasikal menelaah lebih lanjut.Segala puji itu hanyalah milik Allah. Dialah zat yang telah menyempurnakan nikmat-Nya untuk kita dan secara berturut-turut memberikan berbagai pemberian dan anugerah kepada kita. Semoga Allah menyanjung dan memberi keselamatan untuk Nabi kita Muhammad, keluarganya yang merupakan manusia pilihan dan semua sahabatnya yang merupakan manusia-manusia yang bertakwa seiring silih bergantinya malam dan siang. Kita pasti pernah mendengar peribahasa ini, "Siapa yang menanam, Dia yang akan menuai."  Maksudnya, jika seseorang menanam kebaikan, maka ia akan menuai kebaikan pula. Dan jika seseorang menanam kejelekan, maka ia akan menuai hasil yang jelek pula. Berikut beberapa contoh dalam Al Quran dan hadits yang menceritakan maksud dari peribahasa ini.

1. Menjaga Hak Allah, Menuai Penjagaan Allah

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengajarkan pada Ibnu Abbas

-radhiyallahu anhuma- sebuah kalimat,
احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

"Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu."[1]

Yang dimaksud menjaga Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah). Orang yang melakukan seperti ini, merekalah yang menjaga diri dari batasan-batasan Allah. Yang utama untuk dijaga adalah shalat lima waktu yang wajib. Dan yang patut dijaga lagi adalah pendengaran, penglihatan dan lisan dari berbagai keharaman. Begitu pula yang mesti dijaga adalah kemaluan, yaitu meletakkannya pada yang halal saja dan bukan melalui jalan haram yaitu zina.[2]

Barangsiapa menjaga diri dengan melakukan perintah dan menjauhi larangan, maka ia akan mendapatkan dua penjagaan.

Penjagaan pertama: Allah akan menjaga urusan dunianya yaitu ia akan mendapatkan penjagaan diri, anak, keluarga dan harta.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, "Barangsiapa menjaga (hak-hak) Allah, maka Allah akan menjaganya dari berbagai gangguan." Sebagian salafmengatakan, "Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah akan menjaga dirinya. Barangsiapa lalai dari takwa kepada Allah, maka Allah tidak ambil peduli padanya. Orang itu berarti telah menyia-nyiakan dirinya sendiri. Allah sama sekali tidak butuh padanya."

Jika seseorang berbuat maksiat, maka ia juga dapat melihat tingkah laku yang aneh pada keluarganya bahkan pada hewan tunggangannya. Sebagaimana sebagian salaf mengatakan, "Jika aku bermaksiat pada Allah, maka pasti aku akan menemui tingkah laku yang aneh pada budakku bahkan juga pada hewan tungganganku."[3]

Penjagaan kedua: Penjagaan yang lebih dari penjagaan pertama, yaitu Allah akan menjaga agama dan keimanannya. Allah akan menjaga dirinya dari pemikiran rancu yang bisa menyesatkan dan dari berbagai syahwat yang diharamkan.[4]

Semoga dengan menjaga hak-hak Allah, kita semua bisa menuai dua penjagaan ini.

2. Berlaku Jujur, Menuai Kebaikan

Dari sahabat Abdullah bin Masud, ia menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ
الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ
وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ
الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ
وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta."[5]

Terkhusus lagi, beliau memerintahkan kejujuran ini pada pedagang karena memang kebiasaan para pedagang adalah melakukan penipuan dan menempuh segala cara demi melariskan barang dagangan.

Dari Rifaah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang melakukan transaksi jual beli. Beliau lalu menyeru, "Wahai para pedagang!" Orang-orang pun memperhatikan seruan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sambil menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau. Lantas Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ
اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ

"Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur."[6]

Berlaku jujur juga akan menuai berbagai keberkahan. Yang dimaksud keberkahan adalah tetapnya dan bertambahnya kebaikan. Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا أَوْ قَالَ حَتَّى
يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ,
وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

"Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu."[7]

Inilah buah yang dipetik dari pedagang yang tidak berlaku jujur. Sedangkan sebaliknya jika pedagang bisa berlaku jujur, maka ia pun akan menuai berbagai kebaikan dan keberkahan.

3. Mudah Memaafkan dan Tawadhu, Menuai Kemuliaan

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ رَجُلاً بِعَفْوٍ
إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

"Sedekah tidak mungkin mengurangi harta. Tidaklah seseorang suka memaafkan, melainkan ia akan semakin mulia. Tidaklah seseorang bersikap tawadhu (rendah diri) karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya."[8]

Seseorang yang selalu memaafkan akan semakin mulia dan bertambah kemuliaannya. Ia juga akan mendapatkan balasan dan kemuliaan di akhirat. Begitu pula orang yang tawadhu (rendah diri) karena Allah, ia akan ditinggikan derajatnya di dunia, Allah akan senantiasa meneguhkan hatinya dan meninggikan derajatnya di sisi manusia, serta kedudukannya pun akan semakin mulia. Di akhirat pun, Allah akan meninggikan derajatnya karena ketawadhuannya di dunia.[9]

4. Berperilaku Baik, Menjadi Teman Akrab

Allah Taala berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ
حَمِيمٌ (34) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا
إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (35)

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar." (QS. Fushilat: 34-35)

Sahabat yg mulia, Ibnu Abbas -radhiyallahu anhuma- mengatakan, Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.[10]

5. Menolong dan Memudahkan Sesama, Menuai Pertolongan dan Kemudahan dari Allah

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ
عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى
مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ
مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ
الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

"Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup 'aib seseorang, Allah pun akan menutupi 'aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya."[11]

Di antara bentuk pertolongan di sini adalah seseorang memberikan kemudahan dalam masalah utang. Ini bisa dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, memberikan tenggang waktu pelunasan dari tempo yang diberikan, ini hukumnya wajib. Karena Allah Taala berfirman,

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ

"Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan." (QS. Al Baqarah: 280). Cara kedua, dengan memutihkan hutang tersebut, dan ini dianjurkan. Sebagaimana Allah Taala berfirman,

وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS. Al Baqarah: 280)

Berkebalikan dari sikap baik ini adalah mengenakan riba pada saudaranya yang menunda utang. Ini adalah berkebalikan dari memberi kemudahan. Maka tentu saja orang yang memberi kesulitan pada saudaranya akan menuai hasil yang sebaliknya.

6. Usaha disertai Tawakkal akan Menuai Hasil

Dari Umar bin Al Khoththob radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ
كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ , تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

"Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan
memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung
tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang."[12]  Burung ini melakukan usaha dan bertawakkal pada Allah, akhirnya ia pun kenyang ketika pulang di sore hari. Ini berarti tanpa usaha, tidak akan memperoleh hasil apa-apa. Dan usaha tanpa tawakkal, hanya akan memperoleh sekadar yang Allah takdirkan. Yang tepat adalah usaha disertai tawakkal, niscaya hasil memuaskan yang akan dituai.

7. Berbuat Curang, Menuai Berbagai Musibah

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ
وَشِدَّةِ الْمَؤُنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ

"Dan tidaklah mereka berbuat curang ketika menakar dan menimbangm melainkan mereka akan ditimpa kekeringan, mahalnya biaya hidup dan kelaliman para penguasa."[13]

Dan sebab curang dalam perniagaaan inilah sebab dibinasakannya kaum Madyan, umat Nabi Syuaib alaihis salam. Allah Taala memerintahkan pada kaum Madyan,

أَوْفُوا الْكَيْلَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُخْسِرِينَ (181) وَزِنُوا
بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ (182) وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (183)

"Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan." (QS. Asy Syuara: 181-183)

Jadi ingatlah, setiap yang kita tanam -baik kebaikan maupun kejelekan-, pasti kita akan menuai hasilnya. Oleh karenanya, bersemangatlah dalam menanam kebaikan dan janganlah pernah mau menanam kejelekan. Para ulama seringkali mengutarakan, "Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya. Sedangkan balasan dari kejelekan adalah kejelekan setelahnya."[14]

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Referensi:

- Al Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf AnNawawi, Dar Ihya At Turots Al Arobiy, Beirut, cetakan kedua, 1392.
- Jaamiul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, Darul Muayyid, cetakan pertama, tahun 1424 H.
- Tafsir Al Quran Al Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, tahun 1421 H.

Disempurnakan pada siang hari, 16 Muharram 1431 H di Panggang-Gunung Kidul.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Majalah Pengusaha Muslim, dipublish ulang oleh www.muslim.or.id

Foot note :
[1] HR. Tirmidzi no. 2516 dan Ahmad 1/303. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih.

[2] Lihat Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 223-224.

[3] Lihat Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 225-226.

[4] Faedah dari Jaamiul Ulum wal Hikam, hal. 224-226.

[5] HR. Muslim no. 2607.

[6] HR. Tirmidzi no. 1210 dan Ibnu Majah no. 2146. Syaikh Al Albani dalam
Shahih At Targhib 1785 mengatakan bahwa hadits tersebut shahih lighoirihi
(shahih dilihat dari jalur lainnya).

[7] HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532.

[8] HR. Muslim no. 2588, dari Abu Hurairah.

[9] Al Minhaj Syarh Muslim, 16/141-142.

[10] Lihat Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 12/243.

[11] HR. Muslim no. 2699, dari Abu Hurairah

[12] HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al
Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310.

[13] HR. Ibnu Majah no. 4019. Syaikh Al Albani mengatkan bahwa hadits ini
hasan.

[14] Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, 14/372 [Tafsir Surat Al Lail ayat 7]

--
Teguh Suharwanto
08567789372
teguh@jpnn.com
Jawa Pos National Network (JPNN)
http://www.jpnn.com
http://www.masjidjami-alittihad-citraindah.com.

Surat Al-Ikhlas..Dahsyat

Surat Al-Ikhlas sangat Dahsyat dan luar biasa. Semoga Umat Islam Citra Indah mengamalkan dan mendapatkan fadhilahnya. Rasulullah Muhammad SAW pada suatu ketika bersabda:
”Demi Allah yang jiwaku di Genggamann-Nya,sesungguhnya QUL HUWALLAHU AHAD itu tertulis di sayap malaikat Jibraila.s,
ALLAHHUS SOMAD itu tertulis disayap malaikat Mikail a.s, LAMYALID WALAM YUULAD tertulis pada, sayap malaikat Izrail a.s, WALAM YAKULLAHU KUFUWAN AHAD tertulis pada sayap malaikat Israfil a.s.”.

Berkata Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

Ketika saya (Rasulullah SAW) isra’ ke langit, saya melihat Arasy di atas 360,000 pilar dan jarak jauh antara satu pilar ke satu pilar yang lain ialah 300,000 tahun perjalanan. Pada tiap-tiap pilar itu terdapat padang pasir yang jumlahnya 12,000 dan luasnya setiap satu padang itu seluas dari timur hingga ke barat.

Pada setiap padang itu terdapat 80,000 malaikat yang mana kesemuanya membaca surat Al-Ikhlas.

Setelah mereka selesai membaca surah tersebut maka berkata mereka:

”Wahai Tuhan kami, sesungguhnya pahala dari bacaankami ini kami berikan kepada orang yang membaca surah Al-Ikhlas baik lelaki maupun perempuan.”.

Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surat Al-Ikhlas. Suatu ketika 70.000 malaikat diutus datang kepada seorang sahabat di Madinah yang meninggal.

Kedatangan para malaikat itu hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena almarhum sering membaca surat ini. Anas bin Malik yang saat itu bersama Nabi Muhammad SAW di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasanya dan malaikat Jibril datang kepada Nabiuntuk memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah.

Rasulullah S.A.W bersabda:

Barangsiapa membaca surah Al-Ikhlas sewaktu sakit sehingga dia meninggal dunia, maka tubuhnya tidak akan membusuk di dalam kuburnya, akan selamat dia dari kesempitan kuburnya danpara malaikat akan membawanya dengan sayap mereka melintasi titian siratul mustaqim lalu menuju ke syurga. (HR Qurthuby).

SubhanAllah....
Semoga kita bisa mengamalkannya setiap waktu saudaraku...


Sikap Terhadap Yahudi di AL-BAQARAH Ayat 104-112

Setelah ayat sebelumnya dipenuhi cerita tentang sikap kaum Yahudi terhadap para nabi dan rasul, malaikat, dan Allah SWT, maka pada AL-BAQARAH Ayat 104-112, Allah SWT ingin menyampaikan pesan kepada kaum muslimin bersikap yang berbeda dengan kaum Yahudi. Di antara sikap tersebut antara lain:

1. Tidak menggunakan kata "Ra'ina" (perhatikan keadaan kami) yang mengandung sikap penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW sebab kata-kata tersebut dahulu digunakan oleh nenek moyang kaum Yahudi untuk menghina dan mengolok-olok para nabi dan rasul Allah.

2. Allah mengganti kata "Ra'ina" tersebut dengan kata "Undzurna" yang memiliki arti sama, tetapi mengandung sisi kemuliaan dalam berkomunikasi dengan Rasulullah SAW.

Melalui penggantian tersebut, Allah SWT hendak menegaskan yang lebih besar dan lebih dahsyat lagi bahwa berbagai penggantian (nasakh) akan dimunculkan oleh Allah SWT untuk menyesuaikan hukum dengan kondisi zaman sebab nasakh-mansukh merupakan hak preregatif Allah SWT. Segala yang menasakh dipastikan lebih baik atau sebanding dengan yang dibatalkan (mansuh). (QS. Al-Baqarah: 106). Di antara hal besar yang dinasakh adalah:

1. Hukum-hukum yang terdapat di dalam kitab Taurat dan Injil dinasakh dengan hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur'an.
2. Kiblat kaum muslimin yang semula ke Bait Al-Maqdis diganti (dinasakh) dengan menghadap ke Bait Al-Haram pada tahun ke-2 Hijriyah.

Penggantian itu juga memiliki arti bahwa kaum Yahudi yang semula mengikuti ajaran Taurat dan Injil, jika benar-benar mereka beriman kepada Allah dan nabi Musa serta Isa AS, maka mereka akan tunduk kepada perintah perubahan dan penggantian tersebut, karena semuanya berasal dari Allah SWT, Tuhan mereka dan Tuhan yang mengutus Rasulullah SAW.

Lebih jauh lagi ketundukan mereka kepada hukum yang berlaku di dalam Taurat dan Injil, pasca turunnya Al-Qur'an harus segera berubah kepada hukum Al-Qur'an karena Al-Qur'an lebih up date, telah diperbarui dan telah disempurnakan sampai akhir zaman.

Hal tersebut juga berarti bahwa sejak datangnya Muhammad SAW, kaum Yahudi harus meninggalkan Taurat dan Injil serta pindah mengikuti hukum Al-Qur'an. Jika tidak demikian, maka berarti mereka ingkar (kafir) dan perbuatan mereka tidak akan diterima oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman: "Barang siapa mengikuti ajaran agama selain Islam, maka ia tidak diterima dan di akhirat termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Ali Imran: 85).

Hal tersebut karena kemutlakan mengganti hukum, kitab suci, dan nabi/ rasul, sesungguhnya terletak di tangan Allah SWT melalui kemutlakan kekusaan dan kehendak-Nya. Maka semua bentuk angan-angan orang-orang Yahudi seperti pandangan bahwa yang akan masuk surga hanyalah mereka dan jika mereka masuk neraka hanya beberapa hari saja, maka angan-angan semacam itu hanyalah isapan jempol semata, alat menghibur diri yang lemah, dan angan-angan yang tidak terbukti saat di bawa mati. (QS Al-Baqarah: 111).

Perhatikanlah firman Allah SWT yang menegaskan bahwa mereka yang akan mendapat pahala di sisi Tuhannya adalah: Islam (menyerahkan diri kepada Allah) dan berbuat baik (beramal shaleh) yang disertai niat ihlas karena Allah SWT.

Demikianlah penafsiran ringkas surat Al-Baqarah ayat 104-112, semoga Allah SWT memberikan pepahaman yang lebih baik terhadap Al-Qur'an dan menambah kedalaman pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Amien.

(*Disarikan dari kajian Tafsir Al-Qur'an oleh Dr. M. Hariyadi, MA, di Masjid Al-Arsy, Bukit Mahoni tgl 26 juni 2013).
Teguh S (Lombok-Cepos) Jkt
08567789372 PIN 292C0E1F

Selamat Tahun Baru Islam 1439H

Selamat Tahun Baru 1439 H. Semoga di tahun baru, senantiasa murah rezeki, sehat selalu, dan barokah. Tahun Baru Rumah Baru. http://citraindahciputra.com

Sunday, April 30, 2017

Peringatan Hari Lahir Rasulullah

Diadakan peringatan maulid agar selalu ingat dan meneladani Nabi kita. Sebagaimana firman Allaah SWT: “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang berharap kepada Allah, hari akhir dan bagi orang yang banyak mengingat Allah.” (Al-Ahzab: 21)



Beliau telah mengubah suatu kaum atau umat di zamannya dalam jangka waktu kira-kira 23 tahun dari jahiliyyah menjadi beriman. Keimanan hendaknya senantiasa ditambah dan dipertebal melalui amalan-amalan yang baik. Di antaranya memperbanyak melakukan berbagai hal ibadah kepada Allah SWT.  images/fienso/samsuri1.jpg

Gejala adanya kemunduran iman yang sekarang adalah tampak adanya tidak perdulinya tethadap ayat-ayat Allah. Jangankan memperhatikan apalagi mengamalkanya.Alqur'an yang kita yakini sebagai petunjuk bagi orang yang beriman sekarang jarang kita baca, dipahami, dimengerti. Sementara koran tak pernah telat atau lupa kita baca.
Disarikan oleh Bpk Teguh SW, dari mimbar Jum'at', 18 Januari 2013

Santunan Anak Yatim 10 Muhharam 1434H

Dalam rangka memperingati 10 Muharaam 1434H,  masjidjami-alittihad-citraindah.com kembali menggelar santunan anak yatim yang berdomisili di Citra Indah dan sekitarnya.